(INDIVIDUAL DEVELOPMENT AND
IDENTITY)
A. Individu
Individu
berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”. Dalam
ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang
majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan
kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia
keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki
peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam
individu yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek
sosial. Dimana aspek aspek tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu
rusak maka akan merusak aspek lainnya. Apabila pola tingkah lakunya hampir
identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatakan
ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri, disebut
proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini maka individu
terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang
akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu
masayarakat. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga
kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan
individualitasnya. Kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi
masyarakat. (Hartomo, 2004: 64). Dengan demikian manusia merupakan mahluk
individual tidak hanya dalam arti keseluruhan jiwa-raga, tetapi merupakan
pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya dan kecakapannya. Individu
mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana individu sanggup
menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi dari luar dan
dalam dirinya. Dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu dalam
berinteraksi dan berhubungan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa
adanya suatu masyarakat yang menjadi latar individu tersebut ditandai dengan
dimana individu tersebut berusaha menempatkan prilaku pada dirinya sesuai dengan
norma dan kebudayaan lingkungan tersebut , seperti di indonesia individunya
menjunjung tinggi prilaku sopan santun, dan beretika dalam
bersosialisasi.Individu selalu berada didalam kelompok, peranan kelompok
tersebut adalah untuk mematangkan individu tersebut menjadi seorang pribadi.
Dimana prosesnya tergantung terhadap kelompok dan lingkungan dapat menjadi
faktor pendukung proses juga dapat menjadi penghambat proses menjadi suatu
pribadi. Faktor pendukung dan faktor penghambat juga dapat berdasarkan individu
itu sendiri.
v Pengertian Indivu dengan Masyarakat
Dalam pengertian
sosiologi, Individu adalah subyek yang melakukan sesuatu, subyek yang mempunyai
pikiran, subyek yang mempunyai kehendak, subyek yang mempunyai kebebasan,
subyek yang memberi arti meaning pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan
hasil tindakannya sendiri. Singkatnya
individu adalah subyek yang bertindak. Sedangkan menurut Peter L. Berger mendifinisikan masyarakat sebagai
berikut: Masyarakat merupakan suatu keseluruhan komplek hubungan manusia yang
luas sifatnya. Ketika anda sedang surplus uang dan kebetulan melewati perempatan jalan yang dihuni para
pengemis, apa yang anda lakukan? Inilah penjabaran dari relasi individu dan
masyarakat. Individu tidak akan bias melepas diri dari hal seputar masyarakat.
Sebebas apapun manusia berbuat, akan terkoneksi dengan sistem masyarakat yang
berlaku. Bahkan, dinegara Paman Sam sekalipun, Amerika Serikat, yang menganut
liberalism ekstrem. Relasi Individu dan masyarakat sudah terpikir di masa
lampau. Manusia pada dasarnya adalah homo social yang butuh interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Namun, ada juga pendapat lain yang menyebut manusia homo
ludens, makhluk yang senang bermain main. Semuanya tertuju pada relasi individu
dan masyarakat. Sejatinya, individu dan masyarakat bukan dua hal yang saling
bertentangan, melainkan justru saling melengkapi.
B.
Perkembagan Individu
Perkembangan adalah proses terjadinya
perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di
dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada
manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar
dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu
dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang
beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.
Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam
berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspek-aspek tersebut saling
berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam perkembangan tersebut diantaranya
adalah aspek fisik, mental, emosional, dan sosial. Semua manusia pasti akan
mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang
berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun
demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki
oleh semua orang yaitu prinsip perkembangan.
Prinsip perkembangan tersebut diantaranya Perkembangan
terjadi secara terus menerus hingga manusia meninggal dunia dan Kecepatan
perkembangan setiap individu berbeda-beda. Menurut Sudrajat, Perkembangan
individu mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut :
1. Terjadinya perubahan dalam aspek
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama.
4. Diperolehnya tanda-tanda baru.
Tugas–tugas
perkembangan yang berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang
dikuasai sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Havighurst (Abin
Syamsuddin Makmun, 2009) memberikan pengertian tugas-tugas perkembangan bahwa:
“A developmental task is a task which arises at or about a certain period in
the life of the individual, succesful achievement of which leads to his
happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in
the individual, disaproval by society, difficulty with later task”.. Tugas
perkembangan individu bersumber pada faktor–faktor:
1. kematangan fisik
2. tuntutan masyarakat secara kultural
3. tuntutan dan dorongan dan cita-cita
individu itu sendiri
4. norma-norma agama.
Tugas
Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-Kanak Awal (0,0–6.0) meliputi belajar berjalan pada usia 9.0 –
15.0 bulan, belajar memakan makan padat,belajar berbicara, belajar buang air
kecil dan buang air besar ,belajar mengenal perbedaan jenis kelamin, mencapai
kestabilan jasmaniah fisiologis, membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial
dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan
orang lain, belajar mengadakan hubungan baik dan buruk dan pengembangan kata
hati.
Tugas
Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir dan Anak Sekolah (6,0-12.0) meliputi belajar memperoleh keterampilan
fisik untuk melakukan permainan, Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap
dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. belajar bergaul dengan teman sebaya,
belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya, belajar keterampilan
dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, belajar mengembangkan konsep-konsep
sehari-hari, mengembangkan kata hati, belajar memperoleh kebebasan yang
bersifat pribadi, mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
Tugas
Perkembangan Masa Remaja (12.0-21.0) diantaranya mencapai hubungan yang lebih matang dengan
teman sebaya, mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, menerima keadaan
fisik dan menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai jaminan kemandirian ekonomi,
memilih dan mempersiapkan karier, mempersiapkan pernikahan dan hidup
berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi warga Negara, mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara
social, memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing
dalam berperilaku.
Sementara itu, Depdiknas (2003) dan NCSS memberikan rincian tentang tugas
perkembangan masa remaja untuk usia tingkat SD, SLTP dan SMTA yaitu :
1. Tugas Perkembangan tingkat SD
Membantu
peserta didik untuk memeriksa perkembangan pribadi yaitu fisik, identitas dan
kepercayaan bisa melakukan sesuatu, membantu peserta didik memeriksa bagaimana pemikiran, perasaan dan
tindakan yang baik dan yang salah, serta mempertimbangkan setiap kontribusi
pemikiran, perasaan dan tindakan orang lain, membantu peserta didik mengeksplorasi kepribadian, membantu peserta didik mempelajari interaksi dengan orang lain
2. Tugas
Perkembangan Tingkat SLTP
Mencapai perkembangan diri sebagai
remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,mempersiapkan
diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan
fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat,mencapai
pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria
atau wanita, memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima
dalam kehidupan sosial yang lebih luas,mengenal kemampuan bakat, dan minat
serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni,mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan
pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan
masyarakat,mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial dan ekonomi, mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai
pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.
3. Tugas
Perkembangan Peserta didik SLTA
Mencapai kematangan dalam beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,mencapai kematangan dalam hubungan
teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria
dan wanita,mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat, mengembangkan
penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum,
persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam
kehidupan masyarakat yang lebih luas, mencapai kematangan dalam pilihan karir,
mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, intelektual dan ekonomi, mencapai kematangan gambaran dan
sikap tentang berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni,
mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
C.
Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Perkembangan pribadi menyangkut
perkembangan pribadi berbagai aspek, yang akan di tujukan dalam perilaku.
Perilaku seseorang yang menggambarkan perpaduan berbagai aspek itu terbentuk didalam
lingkungan. Seseorang individu pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan
keluarga. Tugas keluarga dalam hal ini misalnya sebagai penyelenggara
pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak.
Dengan demikian, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak
adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya yaitu perkembangan
psikofisis di pengaruhi oleh status sosil ekonomi, filsafat hidup keluarga, dan
pola hidup keluarga seperti kedisiplinan, kepedulian terhadap kesehatan, dan
ketertiban menjalankan ajaran agama (Sunarto dan A. Hartono 2006:188).
Perkembangan kehidupan seseorang di
tentukan oleh factor keturunan lingkungan. Aliran nativisme menyatakan bahwa
seorang individu akan menjadi” orang” sebagai mana adanya yang telah di
tentukan oleh kemampuan dan sifatnya dibawa sejak lahir. Sedangkan aliran
empirisme mengatakan bahwa seorang individu di ibaratkan sebagai kertas atau
lilin yang masih putih bersih. Ia akan”manusia” seperti yang di kehendaki oleh lingkungan.
Kedua aliran itu menggambarkan bahwa factor bakat dan pengaruh lingkungan
sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya. Proses
pendidikan Indonesia menganut aliran konvergensi,seperti di nyatakan oleh Ki
Hajar Dewantara dalam Sunarto dan A. Hartono (2006:189) yaitu Ing Ngarsa Sung
Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
D.
Masalah
Yang Dihadapi Dalam Perkembangan Karir
Remaja
Dalam proses perkembangan karir, remaja
sering mengalami berbagai masalah dan hambatan. Masalah dan hambatan-hambatan
itu dapat berasaldari dalam dirinya sendiri,dari luar dirinya atau
lingkungannya,ataupun kedua-duanya. Masalah yang berasal dari dalam dirinya
antara lain sering terjadi bahwa minat remaja tidak sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, untuk menghadapi remaja yang mengalami masalah atau kesulitan
dalam memilih karier, Shertzer dalam Hartinah (2010:172) menyarankan hal-hal
berikut:
1. Pelajari
diri sendiri, karena kesadaran diri tentang bakat, kemampuan, dan ciri-ciri
pribadi yang dia miliki merupakan kunci dari ketetapan perencanaan karier.
2. Di
bidang apa kamu merasah paling sreg (confortable).
3. Tulislah
rencana dan cita-citamu secara formal.
4. Biasakan
dirimu dengan tuntutan pekerjaan tertentu yang kamu minati.
5. Tinjau
dan bicarakan lagi rencana kariermu itu dengan orang lain.
6. Jika
ternyata kariermu tidak cocok, hentikan.
E. Peran Pendidik terhadap Perkembangan Individu
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang
diharapkan bagi perkembangan peserta didik dan
pada masa kanak-kanak kecil yaitu dengan cara menyelenggarakan disiplin
secara lemah lembut secara konsisten, menjaga keselamatan tanpa perlindungan
yang berlebihan, bercakap-cakap dan memberikan respon terhadap perkataan
peserta didik, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan
bereksplorasi, menghargai hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik.
Perlakuan
pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada
masa prasekolah yaitu memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta
didik secara berangsur-angsur dan terus menerus, latihan harus ditekankan pada
koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan, menjawab pertanyaanpertanyaan
yang diajukan peserta didik, menyediakan bendabenda untuk diekplorasi, memberikan
kesempatan untuk berinteraksi sosial dan kerja kelompok kecil, menggunakan
program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, memperbanyak aktivitas
berbahasa seterti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan membuat
aturanaturan.
Perlakuan pendidik
(orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa
kanak-kanak dengan cara menerima kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak ; dan menambah
tanggung jawab anak, mendorong pertemanan dengan menggunakan projekprojekdan
permainankelompok, membangkitkan rasa ingin tahu, secara konsisten mengupayakan
disipilin yang tegas dan dapat dipahami, menghadapkan anak pada gagasangagasan
dan pandanganpandangan baru, bersama-sama menciptakan aturan dan kejujuran, memberikan
contoh model hubungan social dan terbuka terhadap keritik.
Perlakuan
pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada
masa remaja awal biasanya dengan memberikan kesempatan berolahraga secara tim
dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan tenaga fisik yang besar, menerima
makin dewasanya peserta didik, memberikan tanggung jawab secara
berangsurangsur, mendorong kebebasan dan tanggung jawab, perlakuan pendidik
(orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja
akhir, menghargai pandanganpandanganpeserta didi, menerima kematangan peserta
didik, memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan
bekerja secara cermat, memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir,
menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah, berkreasi bersama dan
bersama-sama menegakkan berbagai aturan.
F.
Definisi Identitas Diri
Banyak ahli yang mengemukakan pengertian
identitas diri. Erikson (1968) mengatakan bahwa salah satu proses sentral pada
remaja adalah pembentukan identitas diri, yaitu perkembangan ke arah
individualitas yang merupakan aspek penting dalam perkembangan berdiri sendiri.
Identitas diri adalah mengenal dan menghayati
dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang
dimainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat.
Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dia
memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang
yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah
atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang (Erikson, 1968).
Proses terjadinya identitas
diungkapkan secara abstrak yang merupakan proses restrukturisasi segala
identifikasi dan gambaran diri terdahulu diolah dalam perspektif masa depan.
Identitas merupakan kelanjutan dari masa kanak-kanak, pengertian diri yang
sekarang, dan menjadi petunjuk di masa depan, oleh sebab itu seseorang membentuk
identitas dirinya pada usia remaja akhir. Remaja yang berada pada periode
remaja akhir dapat melihat dirinya dan tahu bagaimana bertindak untuk membentuk
identitas dirinya. Identitas diri tidak dapat berkembang penuh sebelum masa
remaja tengah dan akhir karena unsur pokok diintegrasikan (jenis kelamin,
kemampuan fisik, seksualitas, kemampuan kognisi pada tahap operasional konkrit,
dapat merespon harapan sosial) semua hal tersebut tidak muncul bersama dalam
suatu waktu. Remaja akhir diharapkan dapat memutuskan identitas dirinya.
Erikson (1968) menjelaskan
bahwa pada masa remaja akhir identitas individu untuk pertama kalinya melaui
suatu keputusan yang tepat atas pengalaman-pengalaman langsung maupun tidak
langsung yang berarti dalam kehidupannya dan merupakan tugas-tugas
perkembangannya. Erikson menyatakan bahwa pada usia remaja, krisis yang harus
kita selesaikan berkaitan dengan pencarian identitas diri (Schulz, 1994).
Erikson (1968) mempertegas bahwa masa remaja adalah masa krisis pencarian identitas
diri (identity crisis) yang menunjukkan bahwa pada masa ini individu dihadapkan
pada tugas perkembangan yang utama yaitu menemukan kejelasan identitas (sense
of identity), terutama yang berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan selama
masa remaja, meliputi penerimaan keadaan fisik, peran seks secara sosial,
membentuk hubungan baru dengan lawan jenis, kemandirian emosi dan ekonomi,
memilih pekerjaan, mengembangkan ketrampilan intelektual, memilih tata nilai
yang menuntun perilaku, mengembangkan perilaku sosial dan mempersiapkan
perkawinan (Havinghurst, dalam Papalia, 1998). Krisis yang dialami pada masa
remaja berfungsi untuk menetapkan suatu identitas stabil. Krisis identitas
selama masa remaja sebenarnya merupakan krisis yang paling berat dan paling
berbahaya karena penyelesaian yang gagal atau berhasil dari krisis identitas
itu mempunyai akibat jauh untuk seluruh masa depan. Remaja berusaha untuk
melepasakan diri dari mileu orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson
menamakan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego (Monks, 1999).
Ada dua proses yang penting berupa eksplorasi dan komitmen dalam perkembangan
identitas (Bosma, 1994). Eksplorasi yang juga dikenal dengan istilah krisis
adalah suatu aktivitas yang secara aktif dilakukan individu untuk mencari,
menjajaki, mempelajari, mengidentifikasi, mengevaluasi dan menginterpretasi
dengan seluruh kemampuan, akal, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk
memperoleh pemahaman yang baik tentang berbagai alternatif vokasi.
Indikasi
ada tidaknya eksplorasi dapat ditunjukkan melalui kriteria-kriteria sebagai
berikut (Marcia, 1993):
- Knowledgeability, yaitu sejauh mana tingkat pengetahuan yang dimiliki individu yang ditunjukkan oleh keluasan dan kedalaman informasi yang berhasil dihimpun tentang berbagai alternatif pilihan studi lanjutan.
- Activity directed toward gathering information yaitu aktivitas yang terarah untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut semua aktivitas yang dipandang tepat untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
- Considering alternative potential identity element yaitu sejauhmana individu mampu mempertimbangkan berbagai informasi yang telah dimiliki tentang berbagai kemungkinan dan peluang dari setiap alternatif yang ada.
- Desire to make an early decision yaitu keinginan untuk membuat keputusan secara dini yang ditunjukkan oleh sejauh mana individu memiliki keinginan untuk memecahkan keragu-raguan atau ketidakjelasan secepat mungkin secara realistis dan mxseyakini apa yang dipandang tepat bagi dirinya.
Berdasarkan pendapat dari para tokoh, maka dapat disimpulkan
bahwa identitas diri adalah pengenalan dan penghayatan diri sebagai individu
yang unik sehingga tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan.
G.
Status Identitas
Marcia (1993) mengidentifikasi
eksplorasi dan komitmen sebagai dua dimensi dasar untuk mendefinisikan status
seseorang dalam mencapai sebuah identitas diri. Berdasarkan dua dimensi dasar
ini, Marcia kemudian bisa mengklasifikasikan perkembangan pembentukan identitas
diri seseorang kepada empat status, antara lain (Rice & Dolgin, 2008):
a) Identity
Diffused
Seseorang yang berada dalam status identity diffused tidak
mengalami sebuah periode eksplorasi (krisis), dan mereka juga tidak membuat
komitmen pada aspek pekerjaan, agama, filosofi politik, peran gender, ataupun
memiliki standar personal dalam berperilaku. Mereka tidak mengalami sebuah
krisis identitas dalam salah satu atau semua aspek yangtelah disebutkan diatas,
dan mereka juga tidak melewati proses mengevaluasi, mencari, ataupun
mempertimbangkan alternatif-alternatif.
b) Identity
Foreclosure
Seseorang yang berada dalam status identity foreclosure tidak
mengalami periode eksplorasi (krisis) tapi mereka telah membuat sejumlah
komitmen pada aspek-aspek identitas seperti pekerjaan dan ideologi yang bukan
berasal dari pencarian mereka sendiri tapi sudah disiapkan oleh orang disekitar
mereka, khususnya orang tua. Mereka menjadi seseorang yang diinginkan oleh
orang lain, tanpa benar-benar memutuskan untuk diri mereka sendiri.
c) Identity
Moratorium
Seseorang yang berada dalam status identity
moratorium sudah ataupun sedang mengalami masa eksplorasi (krisis) terhadap
alternatif-alternatif pilihan namun belum membuat komitmen pada aspek
identitas. Beberapa orang yang berada dalam status moratorium mengalami krisis
yang berkelanjutan, sehingga mereka mengalami kebingungan, tidak stabil, dan
tidak puas. Individu dengan status moratorium juga menghindari berhadapan
dengan masalah, dan mereka memiliki kecenderungan untuk menunda sampai situasi
memaksa sebuah tindakan harus dilakukan.
d) Identity
Achievement
Seseorang yang berada dalam status identity
achievement telah mengalami sebuah moratorium psikologis, telah
menyelesaikan krisis identitas mereka dengan secara berhati-hati mengevaluasi
sejumlah alternatif dan pilihan, dan telah menyimpulkan dan memutuskan sendiri
setiap pilihan yang akan dilakukan.
H.
Ciri-Ciri
Pencapaian Identitas Dir
Menurut Erikson (1989), proses identitas
diri sudah berlangsung sejak anak mengembangkan kebutuhanakan rasa percaya
(trust), otonomidiri (autonomy), rasa mampu berinisiatif (initiative), dan rasa
mampu menghasilkan sesuatu (industry). Keempat komponen ini memberikan
kontribusi kepada pembentukan identitas diri. Menurut Erikson, remaja yang
berhasil mencapai suatu identitas diri yang stabil bercirikan : Memperoleh
suatu pandangan yang jelas tentang dirinya,memahami perbedaan dan persamaan
dengan orang lain,menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya,penuh percaya
diri,tanggap terhada pberbagai situasi,mampu mengambil keputusan penting,mampu
mengantisipasi tantangan masa depan,mengenal perannya dalam masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
Seorang guru IPS yang profesional
harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan disposisi untuk mengatur dan memberikan instruksi di tingkat sekolah yang sesuai untuk studi
Pengembangan Individu dan Identitas.
Guru IPS harus menguasai psikologi di dalam pengembangan individu peserta
didik, karena perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan
berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan
kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan,
perbedaan aspirasi dan citacita bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan.
Seorang guru
Pendidikan IPS harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan disposisi untuk
mengatur dan memberikan instruksi di tingkat sekolah yang sesuai untuk studi
Individu Pengembangan dan Identitas
Daftar
Pustaka
http://deeyolanda.blogspot.com/2014/04/pengembangan-individu-dan-identitas.html
http://jasonwalkerpanggabean.blogspot.com/2013/09/makalah-perkembangan-kehidupan-pribadi.html
Merkur & Ferencia: Merkur & Ferencia Merkur
BalasHapusMerkur & Ferencia sol.edu.kg merkur - Merkur & Ferencia Merkur in 1등 사이트 Solingen, 토토 사이트 Germany https://febcasino.com/review/merit-casino/ - Merkur - 바카라 사이트 Merkur Merkur - MERKUR - Merkur & Ferencia Merkur